Birth Trauma Story
Mengapa saya begitu concern dengan ini?, ya karena pengalaman proses persalinan dan dilahirkan adalah pengalaman yang tidak akan terlupakan seumur hidup.
Anda bisa saja lupa tentang, apa sarapan Anda sekitar dua hari yang lalu, namun Anda tidak akan lupa “rasa” proses persalinan Anda , bahkan proses saat Anda dilahirkan dahulu.
Jadi akan sayang sekali jika pengalaman persalinan dan kelahiran menjadi pengalaman yang traumatik.
Knowledge is power
ya ini rumusnya:
ketika ilmu pengetahuan kita kurang, maka Trauma bisa saja terjadi seperti di bagan ini:
Berbeda dengan ketika kita mempunya pengetahuan dan cukup;
dan bagaimana pengalaman persalinan Anda, akan sangat berpengaruh dengan bagaimana persalinan Anda kemudian, bahkan bagaimana persalinan orang orang disekitar Anda, bahkan bagaimana pola asuh Anda nantinya.
berikut ini polanya:
Dan pagi ini…kebetulan saya mendapatkan cerita yang menyedihkan dari seorang client. semoga menjadi bahan perenungan bagi kita semua:
ini adalah dokumentasi perbincangan wasap kami:
02 Mei 2016
Selamat petang Bu Yessie. Mohon maaf saya lancang whatsapp BuBid. Selama ini saya silent reader, namun mempraktekan dan membeli buku Bu Bidan (yang selanjutnya disingkat jadi BuBid-red) untuk lebih tau genttle birth.
Perkenalkan saya Ny. ##E tinggal di Jl. B*nt*l, *u***di**ng***a*.
HPHT: 6 Agustus
Sekarang sudah memasuki 38W+
Dan selama kontrol detak jantung debay normal, posisi juga sudah bagus Bun. Ga sungsang.
•Sejak 23 Maret saya kontrol ke **sk****s M*n*****on setiap 1 minggu sekali. Dengan keluhan kaki bengkak.
BB: 60
TD: 120/80
HB: 9,9
Urine: protein(-) negatif
•12 April
Kaki bengkak
BB: 64
TD:110/70
Urine: protein (-) negatif
•18 April
Kaki bengkak
BB: 66
TD: 120/80
•20 April
Kaki bengkak
BB: 66
TD: 130/100
•25 April
Kaki Bengkak
BB: 67
TD: 130/100
HB: 10,4
Urine: protein(-) negatif
•2 Mei
Kaki bengkak,mata bengkak
BB: 69
TD: 130/100
Hari ini langsung dirujuk ke RSUD BuBid. Ditimbang koq BB jadi 70kg dan TD: 150/100
Dan diberi obat;
1. Promavit
2. Ossoral
3. Nifedipine
Yang membuat saya gundah, seminggu lagi saya harus ke RSUD dan cek darah & urine.
Dan jika TD tinggi harus rawat inap & induksi.
Bubid, adakah solusi yang alami. Dan lebih baik buat saya.
Mengingat posisi janin bagus, saya ga ada keluhan pusing atau nyeri uluh hati.
Atau BuBid ada saran saya bisa menemui Bidan pro GB (GB = Gentle birth -Red) dimana Bun? Yang bisa bersalin menggunakan BPJS mandiri.
Terima kasih berkenan membaca & menjawab Bu. GBU.
============================= pause ================================
singkat cerita, ibu ini akhirnya bersalin, dan kemudian mengalami BIRTH TRAUMA.
berikut ini kisahnya
05-05-2016
Singkat cerita dari P**ke*m** J**** saya di rujuk ke RS** **r*s***n, belum ada pembukaan, lendir + darah banyak, tensi 160/110, kaki betis bengkak, protein urine +1
Dan bidan selama di ambulan menjelaskan bahwa tindakan induksi hanya bisa dilakukan di RS. Karena dikhawatirkan Tekanan Darah (TD) makin tinggi, demi keselamatan Debay (Adek bayi-red) & saya. Selang infus (obat penurun TD) terasa panas di sekujur tubuh dan kateter dipasang.
Di UGD RSU**, darah dan urine di cek kembali.
TD 180/110
HB 11
Protein urine (-)
Saya dipindah diruang bersalin, 1 ruangan 3 bed dan sekat tirai plastik.
Diberi obat penurun tensi secara oral, kemudian pukul 20:00 saya diberi obat pacu
Suami saya terus menemani dalam ruangan.
Saya mendengar sebelah-sebelah saya melahirkan dan teriak-teriak kesakitan. Saya tidak bisa tidur.
06-05-2016
Pukul 02:00
Kembali periksa dalam belum ada pembukaan dan diberi obat pacu secara oral kembali.
Saya ga bisa tidur Bu, dengar proses persalinan bergantian, ada 4 orang totalnya selama tanggal 6.
Mereka kesakitan, dan terdengar bidan ada yang ngeplak (memukul dengan keras -red) karena kaki ga mau lemas & b0kong diangkat terus.
Juga terdengar dokter yang melakukan proses induksi, Nada galak dan semena-mena; “Ibu kalo ga mau lemes saya ga bisa kerja, Ibu bantu saya. Ini makin lama makin sakit.”
Sepertinya proses induksi dan vakum ga bisa sekali sedot atau waktu menjahit si Ibu kurang ngangkang atau angkat pantat.
Dan bidan pendamping pun menimpali, ga ngeyem-ngeyem (menenangkan-red)
Dengar semua itu saya makin takut dan semua apa yg saya pelajari hilang.
Namun suami tetap menghibur, nylamurke…(mengalihkan perhatian -red)
Secara mental saya sudah kalah Bu.
Pukul 04:00 saya diperiksa dalam lagi bukaan 1
Dan diharapkan pukul 08:00 sudah nambah hingga bukaan 4/5
Bu Bid (Bu Bidan-red), tiap kali pemeriksaan dalam, saya merasa ga nyaman. Belum-belum Sudah merasa perih diluarannya.
Dari tgl 5-6 lebih dari 10x dirogah rogoh aja BuBid. Dan beda-beda orangnya.Kebanyakan Bidan pendamping yang melakukan & co as (Mahasiswa kedokteran-red) cuma mengamati.
Ga nyaman Bu, co as nya cowo.
Dan betul saya sudah pembukaan 4 dan diharapkan tiap 1 jam ke depan nambah 1 pembukaan.
Pukul 11 saya sudah pembukaan 7.
Pukul 12 kurang kata Bidan yang melakukan pemeriksaan dalam, sambil mengunyah makanan “Wes lengkap, yuk dirampungke sisan, ndang bali ngomah” (sudah pembukaan lengkap. ayo segera diselesaikan, agar kita segera kembali kerumah-red)
Ternyata sudah mendekati pergantian shiff.
Saya tidak diberi kesempatan Bu untuk memilih posisi saat gelombang cinta ITU datang. Bahkan mengikuti posisi yang mereka maupun saya ga boleh pegangan tangan suami.
Suami hanya boleh mengangkat kepala saya hingga dagu bertemu Dada, saya harus mengejan sambil lihat perut.
Itu pun ketika tidak ada kontraksi Bidan merogoh ke dalam sambil berkata bahwa saya bodo (bodoh-red), ga bisa mengejan padahal kepala anak sudah mulai kelihatan
Sambil ngetik ini saya nangis Bu keinget semuanya.
Lalu saya disuruh miring ke kiri memegang betis kaki kanan seperti halnya memeluk guling.
Sangat tidak nyaman posisi ini.
Apalagi betis, pergelangan kaki, telapak kaki bengkak segedhe gaban.
Dan du Bidan pendamping hanya memberi intruksi, boro-boro mapan’ke (membantu mengatur posisi yang bener-red)Bu.
Dan saya kembali dikatain
“Mbae cen raiso ngeden kuwi. Bodo” (mbak nya memang tidak bisa mengejan itu, bodoh dia)
Tanpa aba-aba saya langsung di ditarik kakinya, diplorotin hingga ujung bed.
Kaki disuruh menapak di alat-alat seperti besi diujung bed.
Posisi kaki menekuk,
Suami hanya boleh pegang kepala seperti posisi pertama.
Ini sangat ga nyaman BuBid. Tiap gelombang datang seperti hanya berhenti di tulang ekor.
Saya pun gagal mengejan. Adik bayi ga maju.
Dan kembali dirogoh-rogoh seperti di ongkek-ongkek rasanya. (rogoh = di raup dengan kasar. di ongkel -ongkek = di congkel dengan kasar) oleh dua Bidan
dua co as cewe & cowo yang hanya menonton
Saya merasa ga berdaya, dibuat lemah dan risih dijadikan totonan.
Padahal suami selalu membisikan kata kunci kami, relax ikutin gelombangnya baby no ketemu kita. I love you. Cium kening berkali-kali namun ga mempan.
Saya buyar, semua yang saya pelajari lenyap.
Kalo Ibu tau, kaki saya gemeteran tiap habis mengejan & dirogoh-rogoh
Dan salah satu bidan langsung bilang gini “Wes telp dokter xxx Ben di vacuum. Percuma dewe ngenteni Mbae cen bodo raiso ngeden.” (sudahlah, telp dokter xxx saja agar di vacum, karena percuma kita menunggu, karena memang si mbak ini bodoh gak bisa mengejan)
Saya & suami pun ga ada pilihan lain dan harus tanda Tangan.
Kurang lebih saya menunggu dokter 20 menit. Dan ke dua Bidan bercanda-canda.
Sementara saya miring ke Kiri dan mengejan setiap kontrasi datang.
Malah ngetawain saya? “Ngopo Mba ngeden-ngeden, nek ra kenceng ki rasah ngeden-ngeden” (ngapain mbak mengejan terus, kalau gak kontraksi tidak usah mengejan)
Dokter datang langsung bilang gini
“Kalo yang bukan karet (alat spt kop WC) tapi besi Ada ga. Dari semalam pakai ini lepas-lepas.”
Whatt???
Lalu tanpa basa basi alat masuk,
Sambil dokter menjelaskan ke co as
Menambah kekuatan dari 20 hingga 60 Baru ngomong ke saya, “ikuti aba-aba saya.
Ngeden ketika saya bilang ngeden seperti ke belakang mo eek.”
“Ambil nafas panjang, hembuskan tanpa suara.”
“Usahakan sekali tapi panjang, ingat ya Ibu kalo ga ikuti intruksi saya dan malah jadi lama jangan salahkan saya. Yang kesakitan Ibu bukan saya.”
Saya jengkel Bu, pas aba2 mengejan saya luapkan rasa marah & campur aduk untuk mengejan.
Sekali nafas panjang adik bayi ketangkap dan ditaruh diatas perut saya.
Saya sempat mengelus sambil bicara “anak mama hebat, anak mama pintar”
Dan kembali si Bidan bicara ” anake Pinter ibue ra Pinter. Lemes kakinya buka yang lebar, bokong seleh biar pak dokter bisa selesaikkan jahitanya.” (Anaknya pintar, tapi ibunya tidak. kakinya dilemaskan dan dibuka lebar, bokong diletakkan agar dokter bisa segera menyelesaikan jahitan)
Nyentak Bu, bahasanya blas ga ngeyem-eyem i (sama sekali tidak menenangkan/membuat nyaman-red)
Si dokter,
“Bu lemes, bokong seleh, ojo dikempit. Saya ga bisa kerja, kalo ga nurut kelamaan dan tambah sakit jangan salahkan saya.” (Bokong lemas, bokong di letakkan, jangan di kempit. saya tidak bisa kerja. kalo ga nurut kelamaan dan tambah sakit jangan salahkan saya.)
Saya disorot lampu, kelihatan dokter memasukan alat berbentuk siku stainless.
Setelah ari-ari (plasenta-red) keluar.
Dokter mulai menjahit sambil menjelaskan ke 2 KO as.
Tiap Kali saya kaget atau merasa sakit, reflek angkat bokong.
Dokter bilang “Bu mau nurut ga! Ini ga selesai selesai kerjaan saya.”
Bahkan sebelum menjahit sempat sekalian menawari pasang IUD seperti ini
Bu sekalian pasang IUD ya Ibu kalo punya anak lagi dengan tensi tinggi seperti ini bisa pembuluh darah pecah. Atau baby & Ibu ga selamat.
Suami saya langsung jawab ngga pasang.
Kenapa kita ga diedukasi, tapi malah menawarkan dengan metode menakut2ti.
Setelah semua selesai, saya menggigil sekujur tubuh Bu. Menangis ada hampir 1 jam. Ga Ada pelayanan diberi minum anget atau sekedar air putih. Suami saya keluar beli teh anget. Bayipun ga Ada IMD, lgs ditaruh di kamar terpisah hingga hari ini.
Maafkan Bu kalo bahasa saya kurang berkenan. APA yang saya ceritakan sesuai pengalaman saya. Dan saya berdoa agar tidak Ada yang mengalami lagi.
Tanggal 6-7 saya masih dipasang infus, kateter & o2. Ask belum keluar. Semalam saya ke ruang bayi dan bayi ngenyot-ngenyot keluar BuBid. Tensi saya sudah normal. Semua selang juga udah di lepas. Semoga saya bisa lekas pulang dan ngedep Adik bayi. Semangat asi ekslusif.
Makasih Bu, setidaknya saya sharing dengan orang yang tepat. Sangat lega sekali.
=========================== pause ===========================
saat saya mengedit kata kata, memilah dan memilih mana instansi yang saya samarkan (supaya tidak ada pihak yang tersinggung, demi perdamaian), tak terasa air mata ini menetes. dan rasanya…..sangat ingin meluk ibu ini. Satu hal yang saya salut pada ibu ini adalah:
mereka tidak mau memberikan Susu formula kepada bayinya dan rela berjuang untuk memberikan ASI kepada putri tercintanya.
dan yang membuat saya semakin bersyukur adalah adanya support dari ibu ibu di #laskargentlebirth
yang langsung kirimkan “cinta” mereka.
yah….inilah sekelumit kisah nyata di lapangan.
dan saya yakin bukan hanya ibu ini saja yang pernah mengalami Birth Trauma. masih banyak ibu ibu diluar sana yang mengalami cerita cerita yang serupa.
sedih….tapi inilah kenyataannya.
Anda saja seorang ibu mau memberdayakan diri dan belajar lagi…..
Anda saja seorang ibu mau mencari provider yang tepat, mungkin Birth trauma ini tidak akan di alami.
dalam kisah ini, saya tidak akan menyalahkan siapapun. masukan saya secara pribadi :
Bagi Anda para calon Orang Tua:
40 minggu yang disediakan Tuhan bagi kita, bukanlah tanpa maksud. Tuhan mau 40 minggu ini digunakan untuk memberdayakan diri. karena Anda akan berganti status. Anda akan dilahirkan menjadi seorang IBU dan AYAH. sebuah status yang tidak bakalan bisa di revisi. mari berdayakan diri. karena persalinan dan kelahiran itu tentang Anda. bukan tentang tenaga kesehatan. jadi tanggung jawab terbesar ada di pundak Anda.
bagi para teman sejawat (tenaga kesehatan):
saya paham, banyak sekali truma yang ada di pikiran bawah sadar kita. banyak sekali ketakutan. dan saya tahu bahwa Anda tidak sengaja berbuat tidak menyenangkan kepada klien Anda. Namun, alangkah bijaknya apabila kita mulai buka hati, buka pikiran. mari melayani dengan cinta dan kasih.
Proses persalinan dan kelahiran adalah proses yang sakral
dan ini adalah persembahan gambar saya untuk Bunda ***, di Jogja
semoga semakin banyak ibu yang mau memberdayakan diri sehingga tidak perlu mengalami Birth Trauma. sehingga semakin banyak bayi yang lahir dalam cinta kasih dan kedamaian.
salam hangat.