PITOCIN Dan Resiko Potensi Terjadinya Cidera Lahir
Apa saja pertanyaan yang seringkali membuat seorang ibu hamil Galau?
Hamil, melahirkan adalah proses yang mengajarkan tentang apa arti KESABARAN
Namun, tidak semua calon orang tua memahami hal ini.
semakin maju tehnologi dan bisnis, maka semakin banyak orang yang menganggap HPL (Hari Perkiraan Lahir) adalah seolah HARGA MATI.
Hingga akhirnya banyak calon orangtua yang menganggap INDUKSI adalah pilihan terbaik, untuk membantu memperlancar proses persalinan.
sangat di sayangkan memang! namun itulah kenyataan yang terjadi di lapangan.
Induksi menggunakan oxytocin syntetis seolah menjadi DEWA PENOLONG. demi memenuhi “Target” akan HPL tadi.
dalam artikel ini, saya sekali lagi akan mengulas tentang si PITOCIN (Oxytocin sintetis) yang seringkali digunakan untuk melakukan INDUKSI.
“Pitocin adalah bentuk sintetis dari oxytocin, yang mana adalah hormone yang diproduksi oleh tubuh saat persalinan untuk menghasilkan kontraksi yang kuat, tahan lama, dan sering. Pitocin biasanya diberikan melalui infus IV untuk membantu/ merangsang uituk memulai kontraksi, mempercepat persalinan, atau mengurangi selang waktu diantara kontraksi.
Penyalahgunaan Pitocin beresiko pada kesehatan bayi ketika Pitocin mengganggu kontraksi alami rahim.
Rahim harus berkontraksi dan relax pada ritme tertentu untuk mengalirkan oxygen yang cukup pada placenta. Jika kontraksinya terlalu kuat, terlalu lama, atau terjadi terlalu sering, placenta tidak punya waktu untuk mengisi kembali persediaan oxygen, yang nantinya akan beresiko pada bayi untuk terkena cidera terkait dengan dirampasnya oxygen seperti hypoxic-ischemic encephalopathy (HIE) atau birth asphyxia.
Efek dari Pitocin sangatlah beragam dan tidak dapat diprediksi – satu dosis mungkin tidak menimbulkan efek apapun pada seseorang, tetapi akan menimbulkan hiperstimulasi pada orang lain. Obat Pitocin biasanya dikaitkan dengan efek samping yang merugikan yang sebenarnya dapat dicegah dalam persalinan.”
Pitocin vs Oxytocin: Apa Perbedaannya?
Oxytocin adalah hormone yang diproduksi secara alami oleh tubuh wanita saat proses persalinan hingga bersalin. Oxytocin membantu tubuh untuk melakukan kontraksi dan membuat proses persalinan menjadi maju dengan membukanya serviks.
Pitocin adalah obat buatan (diluar tubuh) yang meniru efek dari oxytocin. Pitocin adalah obat yang harus dikenalkan tubuh melalui ahli medis, tidak seperti oxytocin yang merupakan hormon yang muncul dan diproduksi oleh tubuh secara alami.
OXYTOCIN
Oxytocin adalah hormone yang muncul secara alami yang diproduksi oleh tubuh saat persalinan untuk menghasilkan kontraksi yang kuat, tahan lama, dan sering.
sedangkan
PITOCIN
Pitocin adalah bentuk sintetis dari oxytocin. Pitocin biasanya dimasukkan melalui infus IV untuk memulai kontraksi, mempercepat persalinan, atau mengurangi selang waktu antar kontraksi.
“Karena efek dari Pitocin sangatlah beragam dan tidak dapat diprediksi, penggunaan obat Pitocin biasannya dikaitkan dengan efek samping yang merugikan yang sebenarnya dapat dicegah dalam persalinan”
Perbedaan yang lain dari Pitocin dan Oxytocin adalah cara kerja mereka dalam tubuh. Tubuh mengeluarkan oxytocin dalam ritme yang berselang, yang membuat rahim dapat beristirahat disela sela kontraksi. Ketika Pitocin dimasukkan dalam tubuh, ia bekerja secara terus menerus (tidak berselang), dan seringkali bekerja dengan durasi yang lebih panjang, lebih kuat, dan lebih sering.
Anda bisa melihat ilustrasinya melalui video berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=wtU5yCqSWDo
Rekomendasi Penggunaan Pitocin
Penelitian saat ini tidak merekomendasikan membuat Rahim beraktifitas melebihi kemampuan yang sudah ada untuk memaksakan persalinan normal. Penggunaan Pitocin direkomendasikan hanya jika meneruskan kehamilan terebut beresiko dapat mengancam kehidupan ibu dan bayi. Di kata lain, Pitocin hanya boleh digunakan jika ada indikasi medis.
Bahaya Pitocin
Pitocin adalah obat yang sering dihubungkan dengan efek samping yang buruk yang sebenarnya dapat dicegah saat persalinan. Faktanya, pada tahun 2009, Institute for Safe Medication Practices menambahkan bentuk sintetis dari oxytocin ini dalam daftar “obat beresiko tinggi”, peringatan yang hanya ada bersama dengan 11 obat lain.
Efek merugikan dari Pitocin berakar dari dua masalah utama terkait dengan penggunaannya: kelebihan dosis dan hiperstimulasi.
Dosis Pitocin
Induksi Pitocin dapat menjadi proses yang sangat berbahaya karena tidak ada metode yang tepat untuk mengukur efeknya kepada Rahim, dan baik teknik pemantauan internal dan eksternal memberikan informasi yang minim mengenai status ibu dan bayi.
Sebagai tambahan, efek dari dosis Pitocin sangatlah beragam. Efek samping dapat beragam dari kontraksi berlebihan dan parah yang mengarah ke fetal asphyxia, sampai tidak menimbulkan efek apapun pada kontraksi. Selain itu, obat ini mulai bekerja dengan secara perlahan.
Dosis standar tidak akan mencapai potensi penuhnya sampai 40 menit setelah pemberian. Jadi, jika tim medis menambah dosis Pitocin kurang dari 40 menit setelah pemberian sebelumnya, dosis lain akan diberikan sebelum efek penuh dari pemberian dosis pertama bekerja.
Selain itu, dosis Pitocin tergantung pada pasien tertentu, jadi tenaga ahli medis harus secara akurat menilai pasien untuk menentukan dosis yang tepat.
Hiperstimulasi dari Pemberian Pitocin
Plasenta tertanam di dinding Rahim, dan mengandung jaringan pembuluh darah yang mengalirkan oxygen dan nutrisi dari ibu ke bayi. Ketika rahim berkontraksi, aliran darah dan oxygen kedalam maupun keluar plasenta melambat sebentar atau berhenti.
Disela-sela kontraksi, plasenta kembali ke kondisi “istirahat”, dan darah dan oxygen mengalir lagi dengan bebas ke bayi, Karena kontraksi secara efektif menghentikan aliran oxygen dan darah ke bayi, maka harus ada sela waktu yang cukup antar kontraksi agar plasenta dapat mengisi kembali dengan cadangan darah dan oksygen yang baru.
Plasenta adalah organ yang sangat elastis, tapi jika pemberian Pitocin menimbulkan kontraksi yang terlalu kuat atau terlalu lama, plasenta mungkin akan mempunyai masalah dalam berfungsi. Hal ini merupakan ancaman serius untuk sang bayi.
Pemberian Pitocin yang berlebihan dapat menyebabkan kontraksi yang berjarak kurang dari 2-3 menit, hal ini mengurangi kemampuan plasenta untuk mengisi kembali persediaan oxygennya. Ketika kontraksi yang timbul terlalu sering, tahan lama, atau sangatlah kuat, hal ini dinamakan dengan hiperstimulasi atau tachysystole.
Jika ada hiperstimulasi Rahim, otak bayi mungkin tidak menerima oxygen yang cukup, yangmana akan membuat bayi berada di dalam situasi yang sangat berbahaya dan mengarah kepada hasil negative nantinya.
Cidera Lahir Terkait Dengan Pitocin
Jika Pitocin diberikan dalam dosis yang tidak sesuai, atau jika obat ini membuat kontraksi menjadi terlalu lama, terlalu kuat, atau terlalu sering, Pitocin dapat memotong aliran oxygen ke bayi. Kekurangan aliran oxygen dapat mempunyai efek yang buruk ke otak bayi. Beberapa komplikasi yang paling umum yang dikaitkan dengan penggunaan Pitocin antara lain:
- Fetal distress
- Hipertensi (tekanan darah tinggi)
- Bradycardia (detak jantung lemah)
- Tachycardia (detak jantung cepat)
- Perlambatan detak jantung
- Cardiac arrhythmia (gangguan dalam ritme normal jantung)
- Fetal academia
- Kerusakan otak
- Hypoxic-ischemic encephalopathy (HIE)
- Cerebral palsy
- Neonatal seizures
- Rendahnya Apgar scores
- Retinal hemorrhages (pendarahan yang tidak normal pada pembuluh darah di mata)
- Trauma kepala pada janin, termasuk brain hemorrhage
Banyak cidera yang dapat timbul ketika dokter berusaha untuk memperpanjang persalinan normal dibanding melakukan c-section dengan indikasi medis. Persalinan yang tidak sesuai – obat untuk mempercepat persalinan dapat menimbulkan cidera permanen dan cidera yang sangat serius.
Oleh karena itu, penting bahwa tim medis yang terlibat dalam persalinan terampil dalam semua prosedur obstetrik dan mengikuti panduan dan standar perawatan yang direkomendasikan sehubungan dengan pemberian obat berisiko tinggi seperti Pitocin.
Komplikasi Bagi Ibu dan Cidera yang Terkait dengan Pitocin
Selain banyak ancaman yang ditimbulkan bagi sang bayi seperti di atas. Pitocin juga dapat membahayakan ibu selama dan setelah proses persalinan. Karena itu, sangat penting bagi dokter untuk memastikan bahwa keputusan untuk melanjutkan induksi Pitocin tidak hanya aman untuk bayi, tapi juga untuk ibu. Cedera dan komplikasi maternal yang terkait dengan Pitocin meliputi:
- Kontraksi yang kuat dan berkepanjangan
- Uterine rupture (robekan di rahim) dan hemorrhaging setelahnya (lebih hebat dari kehilangan darah normal setelah persalinan)
- Keracunan air (terlalu banyak air di dalam system yang menyebabkan tidak seimbangnya elektrolit yang dapat menyebabkan gangguan otak berpotensi fatal)
- Subarachnoid hemorrhage (pendarahan antara otak dengan jaringan tipis yang menutupinya)
- Tachycardia, bradycardia, premature ventricular contractions, dan cardiac arrhythmias yang lain
- Terganggunya aliran darah di rahim
- Hipotensi (tekanan darah rendah)
- Hipertensi (tekanan darah tinggi)
- Anaphylaxis (reaksi alergi yang dapat mengancam nyawa)
- Mual dan muntah
- Pelvic hematoma (mengumpulnya darah di jaringan lembut di pelvis)
- Placental abruption
Kelalaian Dalam Penggunaan Pitocin
Karena tingginya resiko Pitocin, ada panduan yang ketat terkai dengan penggunaan obat ini. Tenaga ahli medis diharuskan untuk mengikuti panduan ini dan hanya memberikan Pitocin bila benar-benar diperlukan.
Jika mereka tidak mengikuti panduan seperti seharusnya, dan ada suatu cidera yang terjadi, ini adalah malapraktik medis. Ada beberapa keadaan yang pasti dimana tenaga ahlii medis tidak boleh menggunakan Pitocin, termasuk:
- Cephalovic disproportion yang besar
- Posisi janin yang tidak optimal
- Keadaan darurat obstetris dimana rasio risiko dengan keuntungan maternal atau janin memerlukan operasi
- Fetal distress yang membuat persalinan tidak mungkin terjadi dengan cepat
- Umbilical cord prolapse
- Aktifitas rahim tidak mengalami kemajuan yang cukup
- Rahim yang hiperaktif atau hipertonik
- Persalinan normal tidak memingkinkan
- Adanya luka operasi karena operasi c-section sebelumya atau operasi rahim atau serviks lainnya
- Posisi kepala janin yang tidak mengunci
- Riwayat hipersensitif terhadap Pitocin
Pendapat Klinis Mengenai Pitocin
Untuk meyakinkan lagi bahwa Pitocin digunakan secara aman dan konservatif, American Journal of Obstetrics & Gynecology (AJOG) mengabarkan suatu pendapat klinis pada tahun 2009 dengan rekomendasi sebagai berikut terkait pemberian oxytocin sintetis (Pitocin):
- Pitocin harus dimulai dengan dosis yang relative rendah
- Pemantauan janin yang layak harus dilakukan
- Kontraksi dianggap dapat diterima jika kontraksi tersebut mempunyai kekuatan dan tingkat yang konsisten, atau jika ada pola yang konsisten dari kontraksi yang kuat setiap dua sampai tiga menit yang berlangsung selama 60-90 detik.
- Ketika sudah ada kontraksi yang dapat diterima, tidak dibenarkan untuk menaikkan dosis Pitocin.
- Pitocin harus dititrasi menjadi dosis terendah dan cocok dengan tingkat aktivitas rahim yang seharusnya.
- Persalinan dengan C-section (bukan Pitocin lagi) diindikasikan ketika aktivitas Rahim yang seharusnya sudah tercapai denga dosis terendah, tapi persalinan tidak mengalami kemajuan seperti seharusnya.
Pitocin sudah lama dikenal sebagai obat yang berbahaya, dan peneliti juga menyatakan bahwa kesehatan janin dapat berada dalam bahaya ketika terjadi hiperstimulasi induksi saat persalinan. Karena itu sangatlah penting untuk menggunakan Pitocin secara konservatif, obat ini digunakan hanya jika induksi medis diperlukan, dan jika pemantauan janin dilakukan.
Jika tim medis tidak memperlakukan ibu dan bayi selama persalinan dengan sikap yang konsisten dan standar sesuai dengan panduan pemberian Pitocin, itu merupakan suatu kelalaian. Jika kelalaian ini berakibat pada adanya cidera pada bayi atau ibu, maka itu adalah malpraktek medis, dan dapat dituntut secara hukum.
nah smog Anda mulai mempertimbangkan untung dan rugi me lakukan Induksi. lalu mencoba mencari informasi tentang alternatif lain untuk induksi Alami.
silahkan buka disini.
salam hangat
Yesie