Fear and Pain (Takut dan Nyeri) dalam persalinan
“Giving birth should be your greatest achievement not your greatest fear.”
Jane Weideman
Saya menikah di usia 20 tahun. Usia yang masih belia, saat itu saya adalah perawat. Sejak hamil tua, setiap hari saya melihat VCD lagu India yang bintangnya adalah artis Bollywood idola saya Shahrukh Khan, tiap sore saya menari india menirukan mereka menari. Yang saya rasakan adalah happy dan happy. Keluhan sakit pinggang di masa hamil tua hampir tidak pernah saya rasakan. Hingga suatu sore, Sabtu tanggal 24 Maret 2001 yang lalu saking gembiranya karena akan bertemu suami yang pulang dari kantor (kebetulan suami pulang satu minggu sekali karena dia kerja di Ungaran, sedangkan saya tinggal di Klaten) saya menari sepanjang sore. Jam 20;00 suami pulang dan kami makan malam, jam 22;00 saat kami hendak beranjak tidur, dan suami mencium perut saya, tiba-tiba “mak plethuq” ketuban saya pecah. Dan kami terkejut sekali. Saya langsung beranjak dari tempat tidur lalu pindah ke kamar ibu saya dis ebelah. Masih sempat menggelar perlak di atas tempat tidur, akhirnya jam 22;30 bidan baru datang lalu jam 23;00 sayapun menjadi Ibu. Sebuah proses yang sangat singkat, dan tidak menyakitkan sama sekali. Dan saya beruntung karena saya bisa melahirkan lancar dan nyaman tanpa rasa sakit di persalinan pertama saya.
Itulah sebabnya mengapa saya selalu mengatakan kepada klien saya bahwa melahirkan itu nyaman, asal Anda menikmatinya.
Mengapa kita percaya dan meyakini bahwa persalinan adalah menyakitkan? Karena sebenarnya proses persalinan adalah suatu proses yang bisa dilalui dengan tenang, nyaman dan membahagiakan. Hingga detik ini, melahirkan dianggap sebagai hal yang harus ditakuti. Ada banyak sekali kecemasan yang muncul di benak setiap ibu hamil, apalagi ibu hamil tua atau ketika menjelang proses persalinan. dan sebagian besar ibu hamil takut akan rasa nyeri saat kontraksi dan bahkan sanksi pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan mampu mengelola dan melewati rasa sakit dari semua proses itu. apalagi pada ibu yang hamil anak pertama. karena mereka sama sekali tidak ada gambaran tentang rasa saat kontraksi.
Dalam program kelas Balance in Gentle Birth yang saya adalah di Bidan Kita, saya berusaha untuk merubah mind set para ibu dan ayah Bahwa rasa nyeri dalam proses persalinan adalah rasa yang istimewa karena rasa itu sangat bisa di nikmati. karena pada dasarnya Tuhan menciptakan kelahiran menjadi proses yang indah, untuk kemuliaan-Nya. Dia telah menciptakan tubuh seorang wanita sempurna untuk dapat melahirkan normal alami.
Lalu mengapa pada kenyataannya yang terjadi di kehidupan sehari-hari, proses melahirkan adalah proses yang menyakitkan bahkan menakutkan?
Pertama, Rasa sakit sebenarnya diakibatkan dari rasa takut dan kecemasan dan ketakutan disebabkan karena ketidak tahuan Anda dalam fase-fase persalinan dan bagaimana caranya memanajemen rasa nyeri dalam persalinan. Menurut Christine Northrup, M.D dalam bukunya yang berjudul “Women Bodies, Women Wisdom” proses persalinan adalah sebuah proses alami yang mampu merubah hidup seorang wanita. Saat wanita bersalin dengan penuh dukungan dari orang-orang terdekatnya, maka dia akan mendapatkan kekuatan dan pengalaman yang sangat luar biasa. Dalam bukunya, Christine Northrup,M.D juga mengungkapkan bahwa proses kelahiran bayi dirancang secara alami dan sedemikian rupa agar ibu dan keluarga mengalami puncak kegembiraan, kepuasan dan rasa penuh kasih. Pada saat proses persalinan, di dalam tubuh seorang wanita secara otomatis memproduksi dan mengeluarkan hormon alami yang mampu memberikan rasa nyaman dan kepuasan.
Sedangkan menurut Dr. Dick-Read, rahim pada perempuan yang ketakutan secara kasat mata memang tampak putih. Rasa cemas dan takut menyebabkan rasa nyeri dan membuat rahim semakin keras kontraksinya
- Kecemasan dan ketakutan memacu keluarnya adrenalin dan menyebabkan cerviks kaku dan membuat proses persalinan lebih melambat.
- Kecemasan dan ketakutan menyebabkan pernafasan tidak teratur, mengurangi asupan sirkulasi oksigen bagi tubuh dan bagi bayi.
Suatu hari di sebuah acara seminar kesehatan, seorang nara sumber kami seorang dokter kandungan menegur saya, berkaitan dengan sebuah judul buku yang saya tulis yaitu “Gentle Birth melahirkan nyaman tanpa rasa sakit” beliau mengatakan kepada saya bahwa melahirkan itu memang sakit dan saya tidak boleh melakukan pembohongan publik dimana saya mengatakan bahwa melahirkan itu nyaman. Sebuah klaim dari penelitian beliau ungkapkan bahwa Tubuh manusia dapat menanggung rasa sakit hanya sampai 45 del (unit). Padahal saat melahirkan, seorang ibu merasakan rasa sakit hingga 57 Del (unit). Jadi bisa digambarkan bahwa melahirkan ini mirip dengan 20 tulang yang retak pada waktu yang bersamaan. Dan saat itu saya hanya tersenyum simpul, di dalam hati saya bernyata apakah saya yang salah? Karena 13 tahun yang lalu saya melahirkan dan tidak sakit, lalu banyak klien yang saya dampingi saat melahirkan juga tidak sakit bahkan ada juga yang melahirkan sambil tertidur bahkan bernyanyi saat kepala bayi crowning?
Rasa sakit atau nyeri adalah subyektif. Apa yang saya rasakan sakit, belum tentu Anda merasakan hal yang sama. seberapa intens rasa sakit yang saya rasakan, belum tentu sama dengan seberapa intens rasa sakit yang Anda rasakan. karena rasa sakit adalah persepsi. Bahkan ketika seorang wanita melahirkan, mereka tidak semua selalu mengalami rasa sakit yang sama, karena ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap keseluruhan ketidaknyamanan, seperti ukuran bayi, posisi itu di, ambang nyeri ibu, emosi atau kondisi psikologis, sampai ke jumlah rasa sakit yang menumpulkan hormon yang tubuh ibu produksi saat kelahiran anak.
bahkan saya selalu mengatakan bahwa rasa sakit dalam kontraksi adalah rasa sakit yang sangat SOPAN. sehingga sangat memungkinkan bagi Anda untuk menikmati nya
Lalu mengapa dokter tersebut dengan tegas mengatakan kepada saya bahwa melahirkan itu sakit. Dan tidak mungkin melahirkan tanpa rasa sakit? Inilah yang akan saya bahas di faktor kedua penyebab rasa sakit.
Kedua, sejak kecil sudah tertanam sebuah paradigma bahwa melahirkan itu menyakitkan.
Ketika saya berusia sembilan tahun, ibu saya melahirkan. Dan saat itu ibu saya melahirkan di rumah. Karena tidak ingin direpotkan oleh saya dan kakak saya, saat itu ibu saya mengungsikan saya di rumah nenek yang kebetulan hanya berjarak seratus meter dari rumah. Malam itu perasaan saya tidak enak, sehingga saya nekat pulang kerumah dan saya dapati banyak orang berkerumun di rumah saya, saat itu saya baru tahu dan menyadari bahwa ibu saya sedang melahirkan adik saya. Saat itu saya di suruh duduk di balik tirai kamar tempat ibu saya melahirkan. Dan sayup saya dengar ibu saya menangis dan mengaduh kesakitan. Saat itu diusia saya yang masih sembilan tahun, benar-benar terekam suara tangisan dan rintihan ibu saya yang menandakan bahwa dia kesakitan saat melahirkan adik saya. Dan satu hal yang tertanam dalam benak saya bahwa melahirkan itu sakit.
Ketika beranjak dewasa, dan garis hidup membawa saya untuk terjun di dunia kesehatan, membawa kapada sebuah keyakinan bahwa melahirkan memang menyakitkan. Selama di bangku sekolah (sekolah perawat kesehatan) guru saya selalu mengatakan bahwa sakitnya melahirkan itu ibarat tangan kita terluka lalu luka di tangan kita di bubuhi air perasan jeruk nipis dan sakit melahirkan itu seribu kali lipatnya dengan rasa sakit yang ditimbulkan akibat luka yang dibubuhi perasan air jeruk nipis tersebut. Wow! Saya tidak bisa membayangkan rasa sakitnya. Buku diktat atau buku pedoman yang saya gunakanpun hingga detik ini masih menyatakan bahwa melahirkan itu sakit dan nyeri. Tidak pernah saya temui kalimat di dalam buku pedoman ilmu kebidanan dan kandungan bahwa melahirkan itu nyaman atau bahkan melahirkan itu nikmat. Belum lagi ketika saya praktek di rumah sakit, setiap hari hampir tidak pernah saya menemui seorang ibu yang melahirkan sambil tersenyum atau tertawa. Semua ibu melahirkan yang saya temui selalu menangis, merintih, mengeluh bahkan berteriak atau menjerit kesakitan. Tidak ada ibu bersalin yang cantik saat melahirkan, semuanya kusut, bau dan menunjukkan wajah yang tersiksa.
Tidak hanya itu saja, di kehidupan sehari-hari hampir tidak pernah saya menyaksikan acara televisi, entah itu sinetron, atau film yang menggambarkan bahwa melahirkan itu nyaman dan menyenangkan. Semua menggambarkan proses melahirkan sebagai proses yang penuh rasa sakit, penuh kecemasan dan ketakutan.
Dari cerita saya tersebut artinya bahwa tanpa kita sadari, paradigma bahwa melahirkan itu sakit sudah mendarah daging dan mengakar di dalam kehidupan kita. Sejak kita masih kecil bahkan sudah ditanamkan bahwa melahirkan itu sakit dan memang harus sakit. Bahkan hingga saat ini banyak bidan dan dokter yang menyatakan bahwa kalau tidak sakit berarti tidak melahirkan.
Apa jadinya jika sejak kecil paradigma itu tertanam kuat? Bahkan bidan dan dokter yang merawat Anda-pun menyatakan hal yang sama? Bukankah bagi Anda bidan dan dokter adalah publik figur yang mana setiap kalimat yang diucapkan selalu Anda anggap dan yakini kebenarannya? Otomatis pernyataan bahwa melahirkan itu sakit Anda imani kebenarannya. Dan tertanam di bawah sadar. Karena sebuah sugesti akan masuk dan ternatam di bawah sadar jika:
- Sugesti tersebut masuk ketika Anda berada dalam kondisi rileks. Menonton TV adalah kondisi rileks, tentu sugesti melahirkan itu sakit mudah sekali terekam di bawah sadar karena semua sinetron atau film yang Anda lihat menggambarkan demikian.
- Sugesti akan terekam di bawah sadar jika sugesti tersebut di ulang ulang. Seorang dokter atau bidan selama masa pendidikan selalu di ajarkan bahwa melahirkan itu sakit dan nyeri, di tempat praktek yang mereka lihat adalah gambaran bahwa memang melahirkan itu nyeri dan menyakitkan, bahkan proses persalinannyapun menyakitkan. Jika hal ini yang terulang-ulang selama hidupnya, bisa di pastikan rekaman bawah sadarnyapun menyatakan bahwa melahirkan itu sakit.
- Sugesti akan terekam di bawah sadar jika disampaikan oleh figur/tokoh. Bidan dan dokter adalah tokoh atau figur bagi pasien-pasiennya, apa jadinya jika bidan dan dokter menyatakan kepada pasiennya bahwa melahirkan itu menyakitkan dan bahwa melahirkan itu harus sakit, bahwa jika tidak sakit berarti tidak melahirkan? Bukankah akan dengan sangat mudah pasien-pasien merekam sugesti negatif tersebut?
- Sugesti akan terekam di bawah sadar jika diberikan di saat kondisi emosi sedang intens, dan ibu hamil juga ibu bersalin tentu emosinya sangat intens. Bisa Anda bayangkan, bagaimana perasaan mereka ketika saudara, orangtua, teman bahkan dokter atau bidannya menyatakan bahwa melahirkan itu menyakitkan?
Jadi bisa kita pahami bahwa sugesti atau keyakinan bahwa melahirkan itu sakit dan nyeri sudah tertanam dan terekam di bawah sadar Anda dan saya bahkan sejak kita di lahirkan ke dunia ini. Beruntung sekali pengalaman persalinan saya begitu indah karena saya tidak merasakan sakit seperti yang saya yakini dan saya ketahui teorinya saat itu, dan lebih beruntung lagi ketika saya mendalami Hypnobirthing dan gentle birth yang membuat saya menyaksikan proses persalinan yang indah dan tanpa rasa sakit pada klien-klien yang saya dampingi hampir setiap hari. Sehingga tanpa disadari rekaman dan sugesti melahirkan sakit itu terkikis dari benak dan pikiran saya.
Nah bagaimana dengan Anda?
apakah Anda masih beranggapan melahirkan itu sakit?
Tidak inginkah Anda merasakan melahirkan denga nyaman dan menyenangkan?
Mari berdayakan diri!
Ikuti kelas saya dan apabila Anda berada di luar kota dan tidak memungkinkan untuk ikut kelas saya di Klaten, jangan khawatir, karena Anda bisa mengikuti kelas saya secara on Line http://www.bidankita.com/skype-call-registration/
salam hangat
Yesie