Art of Waterbirth
Menulis adalah salah satu hobi saya saat ini. Melalui menuli saya bisa mengungkapkan pikiran dan gagasan yang ada di otak ini. Dan menulis buku membuat saya semakin senang karena melalui tulisan-tulisan di buku saya harap mampu mencerahkan dan membuka wawasan bagi para ibu supaya mendapatkan pengalaman persalinan yang lebih positif.
Hingga saat ini memang saya masih fokus pada proses persalinan dan kelahiran. Mengapa?
Ya karena ini adalah PONDASI!
Apa jadinya negeri ini jika bayi-bayi yang dilahirkan penuh trauma?
Dan di kesempatan ini saya mencoba menulis tentang WATERBIRTH.
Sebuah metode tentang pertolongan persalinan di dalam air. Ya inilah ilmu! Ilmu memang berkembang, namun perkembangan ilmu tidak selalu dengan mudah diterima oleh kalangan medis. Termasuk waterbirth di Indonesia.
Tentang waterbirth di Luar negeri metode persalinan dalam air ini adalah metode yang sudah sangat populer dan bahkan menjadi pilihan pertama terutama bagi para ibu yang ingin merasakan kenyamanan pada saat persalinan. Tak berbeda pula dengan masyarakat di Indonesia, sejak tahun 2006 metode ini mulai di lirik oleh sebagian ibu dan semakin populer ketika seorang bidan yang beliau juga adalah guru saya, sahabat saya, ibu Robin Lim, seorang bidan asing yang mengabdikan dirinya di Bali dan mendapatkan gelar CNN Hero tahun 2011 yang lalu, yang mana beliau juga melayani dan mempraktekkan metode persalinan waterbirth di klinik nya. di tambah lagi dengan sebuah cerita persalinan waterbirth yang indah oleh seorang pasangan artis Reza Gunawan dan Dewi Lestari tahun 2010 lalu.
Namun waterbirth menjadi sangat kontrovesrial ketika POGI (Persatuan obstetri Gynecologi Indonesia) memberikan surat edaran yang dipublikasikan di media yang berisi bahwa POGI TIDAK MEREKOMENDASIKAN proses persalinan dalam Air. Banyak pihak yang langsung bereaksi, ada yang setuju ketika wacana waterbirth mulai berkembang, namun ada banyak pihak yang menolak bahkan skeptis terhadap waterbirth. Dan apa jadinya ketika seorang yang berpengaruh dan mempunyai jabatan ternyata skeptic dengan waterbirth kemudian mengungkapkan opini ketidaksetujuannya terhadap ilmu ini? Tentu opini pribadinya otomatis akan menjadi opini publik yang diyakini kebenarannya. Banyak sekali calon ibu dan ayah yang akhirnya bertanya kepada saya dan menanyakan tentang hal ini. Dan di dalam buku ini saya tidak akan berperan sebagai oposisi namun saya hanya ingin memberikan penjelasan sehingga mispersepsi yang terjadi tentang waterbirth dapat lebih di minimalisasikan.
Dan sebelum saya melanjutkan tulisan ini, memang hingga akhir tahun 2012 ini, praktisi baik bidan dan dokter yang sudah terlatih melakukan waterbirth masih kurang dari 100 orang. Dan itu adalah jumlah yang sangat minim mengingat di satu kabupaten saja jumlah bidan saja bisa mencapai lebih dari 500 orang. Bisa Anda bayangkan betapa sedikitnya praktisi waterbirth di indonesia. Tanggapan positif saya terhadap surat edaran ini adalah jika waterbirth langsung direkomendasikan dan bahkan di anjurkan sedangkan praktisinya masih sedikit bukankah ini memicu terjadinya mal praktek? Mengingat animo masyarakat terhadp waterbirth sangatlah luar biasa? Tahun lalu saya mendapatkan email dari IWBA (indonesian Water Birth Ascosiation) dimana ini adalah organisasi tempat para praktisi waterbirth di Indonesia, sebuah surat dari HKFMI (Himpunan Kedokteran Fetomaternal Indonesia) yang menanggapi tentang tanggapan mengenai waterbirth di No: 033/HKFM/VIII/2010 yang mana menyatakan bahwa HFKMI tidak melarang waterbirth selama tindakan yang dilakukan tetap memperhatikan prinsip-prinsip prosedur persalinan dan etika kedokteran secara umumnya (Lege Artis), dan surat dari POGI sendiri no 219/Int-Ketum/X/12 yang menyatakan bahwa surat edaran POGi bersifat sebagai Rekomendasi, bukan bersifat Larangan. Artinya bahwa surat edaran tersebut adalah “Rem” bagi Anda dan saya untuk tetap waspada dan berhati-hati sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan walaupun waterbirth tetap bisa menjadi pilihan dalam proses persalinan. Dan saya rasa itu adalah baik mengingat secara psikologis sosial, masyarakat Indonesia termasuk suka “Latah” dan ikut-ikutan tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan banyak aspek. Nah bisa Anda bayangkan apa jadinya jika animo waterbirth ini hanya sekedar euforia sehingga pemahaman dan pengetahuan tentang waterbirth justru terabaikan dan tertutupi oleh trend dan “kepentingan”? Bisa jadi waterbirth menjadi trend saja dan semakin banyak bidan atau dokter yang tanpa pelatihan khusus pun nekad membuka layanan waterbirth tanpa di bekali dengan pengetahuan yang cukup akan metode apalagi filosofi waterbirth ini. Sehingga ketika ada mal praktek tentu saja akan sulit melacak dan mencari solusinya.
Apa itu Waterbirth?
Metode persalinan waterbirth atau persalinan dalam air sejak beberapa dekade lalu telah ada di beberapa negara, seperti Prancis, Rusia, dan Selandia Baru. Namun di Indonesia baru di kenal bulan Oktober 2006, sementara di Bali populer 20 Juli 2007.
Waterbirth merupakan salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, di mana ibu hamil aterm (normal) tanpa komplikasi melahirkan bayinya melalui media air (yang dilakukan pada bathtub atau kolam). Secara prinsip, persalinan dengan metode waterbirth tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya saja pada metode waterbirth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode waterbirth. Ada yang mengatakan persalinan dengan waterbirth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-70 persen.
Rasionalisasi dari persalinan waterbirth antara lain:
1. Penggunaan air selama persalinan memberikan kenyamanan, keleluasaan dan privacy kepada ibu, sehingga meningkatkan kesempatan mengalami pengalaman yang memuaskan.
2. Air menawarkan kepada ibu melahirkan sebuah lingkungan di mana ibu yang melahirkan dapat mengendalikan dirinya. Ketika ibu merasa dapat mengendalikan diri selama melahirkan, ia mengalami pengalaman emosional tingkat tinggi pada periode postnatal (Green et al 1990)
3. Daya apung dalam air membuat ibu dapat bergerak bebas daripada di darat. Hal ini juga dapat mengurangi rasa nyeri dan kemajuan persalinan yang lebih baik (Burns & Kitzinger 2001; Burns 2001; Enkin et al 2000; Harmsworth 1994; Johnson 1996; St George Hospital 2001).
4. Bukti observasional terbaru menyarankan bahwa water birth yang dilakukan sesuai protokol, dapat berlangsung dengan aman.
5. Bukti-bukti yang ada belum dapat menyimpulkan bahwa melahirkan dalam air dapat mengurangi trauma perineum dan kehilangan darah.
6. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam morbiditas dan mortalitas perinatal pada bayi yang lahir di luar air dengan bayi yang lahir di dalam air termasuk yang mendapatkan perawatan khusus oleh karena lahir di dalam air.
Manfaat/Keuntungan waterbirth
Banyak manfaat dan keuntungan yang bisa Anda peroleh ketika melahirkan di dalam air (waterbirth). Dengan adanya peningkatan jumlah rumah sakit yang secara rutin telah menyediakan fasilitas ini di Amerika Serikat, Eropa bahkan di Indonesia, ditambah lagi berbagai data tentang keamanannya, dengan penyedia layanan yang lebih berpengalaman terhadap risiko dan keuntungannya, serta bagaimana menanganinya dengan prosedur monitoring yang lebih ketat, sehingga mampu berkontribusi dalam meningkatkan keamanan metode ini.
Berikut ini berbagai manfaat yang bisa anda peroleh ketika Anda memilih waterbirth sebagai pilihan melahirkan:
Manfaat waterbirth bagi ibu
· Mengurangi Nyeri
· Meningkatkan efek relaksasi
· Meningkatkan Privasi dan Kontrol diri
· Mempersingkat lama kala I
· Mengurangi resiko robekan jalan lahir
· Mengurangi trauma lahir/birth trauma
· Mengurangi resiko penggunaan intervensi
· Menurunkan dan menstabilkan tekanan darah ibu
· Memungkinkan ibu bersalin untuk tetap melakukan mobilisasi selama proses persalinan
· Mampu merubah atmosfer ruang bersalinan lebih nyaman
· Membantu ibu untuk menghemat energinya.
· Memfasilitasi persalinan disfungsional.
· Memfasilitasi tahap kedua (kala II) persalinan.
· Meningkatkan kepuasan saat melahirkan
· Menciptakan pengalaman positif melahirkan
· Keterlibatan ayah yang Lebih besar.
· Menyediakan alternatif yang aman & higienis
Nah dalam buku ini saya kupas tuntas tentang waterbirth dan kontroversinya.
Juga saya sisipkan CD tentang waterbirth yang saya yakin dapat melengkapi isi buku ini.
{youtubejw}5AMcXvhtJcg{/youtubejw}
Semoga buku ini bermanfaat 😉
Salam Hangat dan Sukses Selalu
Yesie Aprillia S.Si.T, M.Kes
(Bidan, Instruktur dan Praktisi Hypnobirthing Indonesia)
Email : elloianza2001@yahoo.com & bidan_kita@yahoo.com
Website: www.bidankita.com, Hp: 081 329 017 009