Gentle Birth Klien pada Tali Pusat Pendek
ini adalah sharring dari bunda Ratri, klien Bidan Kita dari Purwakarta.
terimakasih untuk sharringnya:
“Pada awal kehamilan saya yang kedua, Maret 2011saya banyak gugling di inet ttg segala sesuatu yg berhubungan dg kehamilan dan persalinan.Hal itu saya lakukan salah satu alasannya karena saya mengalami keguguran di kehamilan pertama saya pada akhir bulan Mei 2010, sesaat setelah saya tiba di Purwakarta krn mutasi turut suami yg telah saya ajukan beberapa bulan sebelumnya.Pengalaman keguguran yang cukup membuat saya trauma karena pelayanan dari RS tempat saya dirawat yang sangat tidak membuat nyaman & menyakitkan.Kehamilan pertama saya yang memang tidak direncanakan (unplaned pregnancy) , mengalami flek setiap hari selama 2 minggu.
Berbeda dg kehamilan pertama, kehamilan kedua saya adalah kehamilan yang sangat di rencanakan/ diprogram.Selain konsul dg obgyn, saya jg konsul dg terapis thybbun Nabawy / bekam, herbal& akupunktur.Alhamdulillah meskipun sempat ngeflek selama sehari di awal kehamilan saya, tapi ternyata tidak berlanjut dg gangguan lain.Dari artikel yg saya baca itu mungkin proses nidasi/ implatansi embrio ke rahim yg pd beberapa kasus mengakibatkan flek.
Saya sempat mengalami morning sickness yg cuku parah di kehamilan ini.Bahkan saya susah sekali makan nasi.Akhirnya saya siasati dg makan buah,sayur roti atau minuman manis yg bisa memberi energy dan nutrisi utk janin saya.Saya konsul ke obgyn dg sangat excited.Bahkan jika ibu2 lain memeriksakan diri sebulan sekali, saya bisa 2 minggu sekali periksa ke obgyn langganan di RS Ibu dan Anak di kota saya Purwakarta.Alhamdulillah saya bertemu dengan obgyn yang muda, menarik, ramah dan sangat komunikatif.Beliau selalu sabar menanggapai pertanyaan 2 saya , berbekal dr artikel yang saya baca di beberapa situs kehamilan dan forum2 bumil.
Hingga pada suatu hari, saya membaca Kisah Kelahiran Dewi Lestari di Forum Kantor saya yang diambil dari www.gentlebirthindonesia.Hati saya tergugah dan begitu tersentuh.Tiba2 terlintas di pikiran saya, ya, saya juga menginginkan proses kelahiran yg indah, aman dan nyaman seperti ini.Pesan yg saya dapat dari Gentle Birth adalah Proses kelahiran yg tidak hanya utk kenyamanan ibu tapi terutama memberi persembahan bagi bayi.Proses kelahiran yg minim intervensi medis dan tidak meninggalkan pengalaman yg traumatis utk bayi.Di situ saya juga membaca kisah kelahiran Joserizal Zam Zam nya mbak Dyah Pratitasari dan kisahnya Sula.
Saya makin tertarik utk tahu lebih jauh ttg Gentle Birth yang salah satu metodenya dg Water Birth.Saya juga mengajak suami utk membaca, belajar ttg GB ini.PAda awalnya suami menolak.Tapi saya terus meyakinkan, mengeprintkan artikel, ‘memaksa’ nya utk membaca situs tsb dll.Alhamdulillah suami makin terbuka dan mau mendukung saya utk GB WB.
Kami pun belajar bersama ttg gentle birth, cari tau bidan/dokter yg melayani water birth atau bidan yg mau bantu homebirth.Dlm proses pencarian yg sulit & menurut saya nyaris mustahil waktu itu,smpt terbersit saya mau homebirth didampingi suami saja.Tp suami keberatan krn keterbatasan ilmu, pengalaman dll.Harapan saya utk GB waktu itu nyaris punah.Namun dlm doa sehabis sholat,saya hampir selalu mohon kpd Allah agar saya bisa berjodoh dg GB.
Ya ,kami tau utk mencapai suatu cita2 memang tidak mudah.Tak sedikit teman , relasi, teman kuliah yg agak meragukan atau memandang sebelah mata ttg niatan kami utk GB WB ini.Tapi itu toidak menyurutkan langkah saya utk mewujudkan keinginan saya GB WB.ITu krn kecintaan kami yg begitu besarnya kpd calon anak kami nanti yang sudah kami jaga jauh sejak sebelum saya hamil.
Ternyata Allah Mengijinkan saya utk tau&kenal dg mbak Yesie dr situs www.bidankita di usia kehamilan 35w, lalu add FB nya dan ALhamdulillah langsung di approve.Saya mengirim pesan melalui FB Mbak Yesie dan jga langsung di balas.Dari percakapan kami tsb, mbak Yesie menyarankan saya jika memanag mau melahirkan GB WB, saya sebaiknya mempersiapkan diri dg belajar hypno birthing, yoga, birthing ball dll.
Pada 30 Oktober 2011, di usia kehamilan 35 w, saya dan suami masih sempat mengikuti Seminar water birth yang diselenggarakan oleh sebuah Rumah Sakit Swasta ternama di Jakarta yang bekerjasama dengan sebuah Spa Ibu Hamil yang juga terkenal.Pembicara dalam seminar tersebut adalah obgyn yang pertama kali melakukan Water Birth di Indonesia tahun 2006.Dari Seminar tersebut kami berkenalan dengan beberapa ibu hamil lain dengan usia kehamilan berbeda beda dan di antaranya dengan pengalaman persalinan yang traumatis.Dari penuturan mereka , saya bisa menyimpulkan bahwa mereka melirik Water Birth karena beberapa keuntungan yang ditawarkan metode ini.Salah satunya yaitu mengurangi nyeri persalinan karena fungsi air hangat yang bisa membuat organ-organ jadi lebih rileks dan elastis.
Pada usia kehamilan 36 w,saya mengajukan cuti bersalin dari kantor dan mengajak suami untuk berkunjung ke Klinik Bidan Kita Mbak Yesie Aprilia di Klaten Jawa Tengah. Secara kebetulan beberapa hari sebelum keberangkatan,saya dihubungi oleh teman kuliah yang baru saja menjalani mutasi dari kantornya ke Klaten.Saya meminta ijin untuk menginap di rumahnya selama kami berada di Klaten.Teman saya pun mengiyakannya. Tepatnya 2 November 2011, kami menempuh perjalanan dengan kereta api malam hari dari Stasiun Bandung ke Klaten.Perjalanan tersebut meskipun tidak nyaman mengingat usia kehamilan saya yang sudah tua, dengan kondisi tangan dan kaki bengkak dan kram, akan tetapi saya berusaha menikmatinya demi keinginan kuat saya untuk bisa bertemu mbak Yesie.Pagi hari sekitar jam 04.30 kami menginjakkan kaki di Stasiun Klaten dengan disambut oleh udara pagi yang berembun.Alhamdulillah dalam keadaan sehat wal “afiat.Rasanya seperti mimpi, tiba2 saya berada di Klaten.Saya dan suami menyempatkan untuk sholat Subuh dulu dan berdoa mohon kelancaran kpd Allah dlm rencana kami ini.
Kami memilih untuk menunggu hari agak siang, supaya bisa menemukan angkutan kota yang bisa membawa kami ke rumah kontrakan teman saya.Namun , dr hasil berbincang 2 dengan beberapa orang yang berada di stasiun, ternyata di Klaten tidak ada angkot.Yang ada hanya ojek dan becak.Katanya sih, karena motor sudah terlalu banyak.Ya sudah, kami memutuskan untuk naik ojek menuju TKP.Sepanjang perjalanan menyusuri kota Klaten pagi hari, kami menikmati suasana kota yang bersih, rapi, nyaman , jalan2 lebar dan arus transportasi tidak sepadat Purwakarta.
Sesampai di rumah kontrakan teman saya, kamipun berbasa basi, bertukar cerita ttg pekerjaan, teman kuliah dan kehamilan yang rupanya teman saya juga sedang menjalani kehamilan ke2 di usia 32 w.Setelah itu kami makan, mandi dan begitu baiknya teman saya menawari kami memakai motor untuk mempermudah mobilitas kami.
Sekitar jam 09.30 dengan modal nekat, saya dan suami menyusuri kota Klaten berdua untuk mencari lokasi Klinik bidan Kita.Sebelumnya saya sudah berkomunikasi melalui sms dan pesan di Facebook dengan Mbak Yesie dan mbak Yesie menyarankan saya untuk datang jam 10 pagi.Walaupun sempat nyasar, akhirnya kami menemukan Klinik Bidan Kita sekitar jam 10.30 an.
Memasuki halaman Klinik, suasana nya memang hommy dengan cat tembok hijau muda yang menyejukkan mata, gemericik air di pancuran kecil yang dihiasi bunga kamboja , juga beberapa tanaman hias menghijau indah menambah kesan nyaman berada di klinik tersebut.Tulisan besar Klinik Bidan Kita dengan slogan “Langkah Nyaman Sambut Buah Hati” dan beberapa pelayanan yang ditawarkan, membuat saya yakin bahwa ini memang klinik yang kami cari.
Begitu masuk ke dalam klinik, kami disambut dengan hangat oleh mbak Ulya, asisten mbak Yesie.Mbak Ulya menanyakan beberapa hal dan kamipun melakukan beberapa persiapan untuk mengikuti kelas persalinan dan Hypno Birthing.Beberapa menit kemudian, mbak Yesie yang terlihat muda, segar, cantik , sangat ramah dan hangat juga menyambut kami dengan senyuman khasnya.
Kami segera memasuki ruang relaksasi, mbak Yesie memeriksa kondisi janin dalam rahim saya dan menyatakan bahwa kepala baby sudah turun ke panggul dan posisi sudah siap untuk persalinan nanti, denyut jantung baby juga bagus dan ukuran baby msh ideal.
Mbak Yesie memberikan materi tentang persalinan dan Hypno Birthing yang semakin menambah wawasan kami ttg kehamilan dan persalinan yang nyaman.Sebelumnya saya juga sudah banyak membaca dan copas di FB maupun forum kantor dengan mencantumkan sumbernya tentang artikel2 Bidan Kita yaitu www.BidanKita.com.
Kelas yang kami ikuti tidak membosankan karena pembawaan materi dari mbak Yesie yang dikemas dengan sangat menarik.Sehingga waktu terasa berlalu begitu cepat.Sorenya, saya bertemu dengan beberapa klien mbak Yesie yang akan mengikuti Yoga Class.Ada yg sedang menanti HPL, ada yang kehamilannya sudah lewat 1 minggu dari HPL, ada juga yang sedang menjalani therapy hypnofertilisasi untuk mendapatkan momongan.Kami pun melakukan Yoga bersama2 mulai jam 4 sore s/d jam 6 sore.
Selama 2 hari kami menjalani kelas persalinan dan Hypno Birthing di Klinik bidan Kita,ada pula latihan endorphin massage, birthing ball untuk induksi alami. Di antara sela2 latihan, saya sempat berfoto bersama suami dan mbak Yesi di Klinik dan di Kebun Kamboja yang terletak sekitar beberapa meter dari klinik.Secara kebetulan, tanpa direncanakan, saya bertemu dan konsultasi ttg laktasi dengan ibu Sri Budiyati, salah satu aktivis AIMI ASI di Klaten dan juga ibu Lanny Kuswandi yang merupakan salah satu pelopor hypno birthing di Indonesia.
Hari Sabtu, 5 November 2011 mbak Yesie dan suami ,Pak Hendro yang secara kebetulan mau jalan-jalan ke Jogja mengantar kami sampai agen travel jurusan Magelang.Dua hari kemudian suami kembali ke Purwakarta untuk masuk kantor lagi.Sedang saya tinggal di rumah orang tua di Magelang sambil menanti kelahiran baby saya.
Selama di Magelang, saya melakukan berbagai aktivitas baik pekerjaan rumah tangga, jalan pagi tanpa alas kaki, birthing ball, pijat perineum, senam kegel, senam hamil, mendengarkan CD relaksasi Hypno Birthing dari Mbak Yesie, jalan ke pasar sendiri dll.Saya berusaha menikmati hari-hari menuju HPL saya yaitu tanggal 29 November 2011.
Selain itu saya juga mensurvey beberapa klinik bidan, Rumah Bersalin, obgyn di Magelang yang mungkin jadi 2nd opinion jika saya tidak bisa melahirkan di Klinik Bidan Kita.Berbekal dari artikel2 Bidan Kita khususnya tentang Birth Plan, saya mulai mengajak DSOG maupun bidan yang saya datangi untuk sharing tentang beberapa hal.Dari 2 DSOG dan 4 bidan yang saya datangi, ternyata saya lebih sreg dengan bidan karena mereka lebih bisa “fleksibel” dibanding RS maupun DSOG yang sebagin besar bekerja text book / berdasarkan SOP.Rata2 bidan yang saya kunjungi pro persalinan normal , menghindari episiotomi, memberikan kebebasan ibu untuk memilih posisi persalinan, memberikan kesempatan untuk melakukan mobilitas selama persalinan dan juga makan maupun minum.Untuk pemecahan ketuban ada beberapa bidan yang masih melakukan jika ketuban belum pecah sedangkan persalinan sudah mulai aktif .Rata2 mereka mendukung IMD dan rooming in.Namun untuk penundaan pemotongan tali pusat apalagi lotus birth, rasanya masih jauh panggang dari api.Ada beberapa dari mereka yang tau / pernah mendengar tentang penundaan pemotongan tali pusat.Tapi belum berani mempraktekannya karena belum pernah mendapat sosialisasi/pelatihan.Jadi pupuslah harapan saya untuk melakukan delayed of clamping umbilicial cord /proses penundaan pemotongan tali pusat.Malah, secara tidak sengaja saya sharing dengan seorang dukun bayi/paraji yang waktu itu memijat saya.Beliau menuturkan, dalam menolong persalinan , beliau selalu menunda pemotongan tali pusat sampai plasenta lahir secara alami.Hingga sempat terbersit dalam pikiran saya untuk home birth dengan dukun bayi tsb.Tapi , suami dan keluarga keberatan , takut jika ada hal2 di luar perkiraan dan kami tidak siap dengan peralatan medis.Selain itu, saya baru tau kalau sekarang , dukun bayi tidak boleh membantu home birth sendiri, melainkan harus bekerjasama dengan bidan di Klinik Bidan.Ya sudah, akhirnya saya mengantongi salah satu nama bidan yang lokasinya cukup terjangkau dari rumah untuk membantu persalinan saya nanti jika tidak berjodoh dengan Bidan Kita.
Beberapa hari menuju HPL,suami meminta ijin dari kantor tepatnya tanggal 26 November 2011 dengan tujuan untuk mendampingi persalinan saya.Menjelang HPL saya, belum ada tanda2 melahirkan seperti yang selama ini sudah saya pelajari dari kelas persalinan, artikel dll.Braxton hicks saya rasakan makin sering.Sehari lewat dari HPL, saya mulai cemas.Tapi suami mengingatkan saya bahwa HPL masih bisa ditolerir sampai dengan 2 minggu seperti penjelasan Mbak Yesie waktu kami melakukan kelas persalinan tempo hari.Dua hari berlalu dan belum ada tanda2 juga.Saya sms mbak Yesie dan Mbak Ulya , dan mereka menyarankan saya untuk tetap tenang karena yakin bayi itu cerdas.Mereka lebih tau kapan saat yang tepat untuk lahir.Atas Ijin Allah tentunya.Mbak Yesi + Mbak Ulya juga menyarankan saya untuk melakukan induksi alami.
Di tengah kekhawatiran saya itu, klien mbak Yesie, mbak Irma yang melakukan GB VBAC dan lotus birth anak ke 3 , baby Fariz di Klinik Bidan Kita menelpon saya, memotivasi untuk positif thinking dan yakin saya bisa melakukan GB dengan nyaman, normal dan alami meskipun sudah telat beberapa hari dari HPL.Kebetulan saya dan suami sempat bertemu dengan mbak Irma sewaktu kami sedang melakukan kelas persalinan tempo hari.Mbak Irma juga pernah mengalami HPL mundur pada kehamilan anak kedua yang akhirnya berakhir dengan induksi kemudian SC.Alhamdulillah motivasi dari mbak Irma dan juga beberapa teman membuat saya cukup rileks dan bisa berpikir positif.
Namun ada hal yang mengganjal di benak saya yaitu, rencana suami untuk pulang kembali ke Purwakarta karena ijin kantor yang sudah seminggu membuat saya mulai cemas lagi.Dalam setiap doa sehabis sholat saya selalu berharap bisa bersalin dengan normal, nyaman,alami, syukur2 bisa Gentle Birth ,Water Birth dan saya ingin sekali suami bisa mendampingi dalam proses persalinan saya nanti.Terbersit pikiran negatif bahwa baby saya akan lahir saat papanya di Purwakarta.Tapi kemudian, saya pasrahkan semua kepada Allah, Dzat yang Maha Mengatur segalanya
Jum”at,tanggal 2 Desember, 3 hari lewat dari HPL, terlintas saya ingin mengunjungi kampung halaman ibu saya di salah satu pegunungan di Magelang untuk memohon doa restu dari simbah putri juga saudara yang lain.Sabtu, 3 Desember, 4 hari lewat dari HPL suami sudah berencana akan pulang.Tapi saya menahan untuk satu hari lagi dia tinggal di sini.Dia pun mengiyakan.
Sabtu malam, saya dan suami keluar sebentar ke salah satu toko di komplek Perumahan kami membeli bekal makanan untuk perjalanan suami pulang ke Purwakarta besok.Sesampai di rumah, jam 8 malam saya menemukan ada bercak lendir darah di CD saya.Saya pun kemudian berpikir, apakah ini tanda2 persalinan yang selama ini saya pelajari?
Saya menelpon mbak Yesie, menanyakan tanda2 yang saya dapatkan.Mbak Yesie menyarankan saya untuk tetap rileks, tetap makan dan minum dan tidur untuk saving energy.Saya mengutarakan niat saya kembali untuk melahirkan di Bidan Kita Klaten kepada kedua orang tua saya.Rupanya saya mendapat kabar buruk.Kali Putih yang merupakan jalur transportasi Magelang-Jogja-Klaten banjir lahar dingin Merapi.Selain itu mobil di rumah rusak dan tidak ada yang berani mengantar saya ke Klaten.Harapan saya pupus sudah untuk melahirkan nyaman di Bidan Kita.Namun saya tetap berusaha rileks dan kedua ortu menyarankan saya untuk dibawa ke klinik bidan terdekat dari rumah saya.Sampai di sana saya di VT (periksa dalam) dan ternyata masih fase laten.Ibu bidan muda tersebut /asisten bidan senior menyarankan saya untuk pulang dulu untuk kemudian datang besok pagi /Subuh.
Selama malam itu, saya tidak bisa tidur dengan nyenyak karena kontraksi rahim yang cukup intensif dengan selisih waktu sekitar 5 menit dan durasi 1 menit.Saya terus buka FB, gugling di web, baca di artikel tentang tanda2 persalinan dan bagaimana mengatasinya.
Paginya,jam 6 saya kembali ke klinik bidan dekat rumah saya dan saya di VT.Ternyata masih pembukaan 1, ibu bidan senior mengatakan perkiraan lahir anak saya kalau tidak nanti malam ya besok pagi.Bidan menyuruh saya untuk pulang lagi dan menyarankan saya untuk datang kembali kalau durasi kontraksi sudah sekian menit.Tapi saya malah bingung bagaimana menghitungnya..hehe..
Jam 7 pagi mbak Yesie menelpon menanyakan bagaimana keadaan saya.Saya mohon maaf ke mbak Yesie tidak bisa berangkat ke Klaten karena mobil rusak dan tidak ada yang bisa mengantar.Mbak Yesie menawari saya untuk dijemput Pak Hendro suaminya dari Klaten ke Magelang.Saya sangat gembira dan setuju.
Dalam perjalanan ke Klaten, saya didampingi suami, ibu dan ayah saya.Setiap kali kontraksi , ibu mengelus2 dengan lembut perut saya dan saya merasakan sakit nya lumayan berkurang.Waktu suami berusaha membantu, ternyata sentuhannya tidak selembut ibu (weeek..).
Sesampai di Klinik Bidan Kita, mbak Yesie menyambut saya dengan senyuman, melakukan VT, jam 12 siang Alhamdulillah sudah pembukaan 2 , kemudian mengecek denyut janin saya.Alhamdulillah semua baik2 saja.Ibu dan ayah saya pulang ke Magelang, sehingga saya hanya didampingi suami .Selain mbak Yesie dan mbak Ulya tentunya.
Mbak Yesie menyarankan saya untuk makan siang, tidur siang utk saving energy.Saya sudah tidak enak makan dan tidak bisa tidur dengan nyenyak.Lalu mbak Yesie menyuruh saya untuk melakukan mobilitas, jalan-jalan di sekitar rumah, birthing ball dll.Setiap kali kontraksi, saya mengambil posisi berlutut / merangkak dan memeluk lutut suami.Suami pun mengelus2 punggung saya, memijat dan menempelkan buli2 panas yang lumayan mengurangi nyeri kontraksi.
Sorenya sekitar jam 5, mbak Yesie menyuruh saya mandi dan berusaha tersenyum meskipun nyeri kontraksi,supaya saya nampak cantik saat bertemu buah hati kami nanti.Dalam setiap detik, mbak Yesie mendampingi saya, memberi support, perhatian, pujian, kasih sayang , pijatan dan menceritakan kisah2 kelahiran yang lain agar saya termotivasi untuk tetap rileks dan fokus ke janin yang akan segera bertemu kami.Mbak Yesie pun menuntun saya untuk relaksasi nafas setiap kali nyeri kontraksi datang.Mbak Ulya dan suami saya pun demikian juga, dengan sabar memijat saya, menempelkan buli2 panas di punggung, tulang ekor, perut untuk mengurangi rasa nyeri saya.(Kalian benar2 tim yang hebat).
Jam 8 malam, pembukaan 6 dan saya mengalami pecah ketuban.Saya pernah baca kalau ketuban sudah pecah biasanya gak boleh masuk kolam, kalaupun masuk gak boleh terlalu lama,gak boleh sering VT takut tercemar infeksi.Tapi saya tetap saja bandel.Selalu bertanya saya sudah pembukaan berapa.Padahal taunya pembukaan kan dari VT(hehe).
Sudah 24 jam sejak fase laten dan saya sudah lemas sekali.Apalagi saya hanya bisa makan beberapa suap tapi bisa minum banyak.Jam 10 malam pembukaan 8, saya meminta kepada mbak Yesie apa saya sudah boleh masuk ke kolam plastik berdiameter 2 meter yang sudah disiapkan sejak sore tadi.Mbak Ulya mulai menambahkan air hangat ke dalam kolam dari 2 buah panci besar.Dan saya pun masuk ke dalam kolam.Sejak saya masuk kolam itu, saya tidak selalu berada di dalam kolam, tapi kadang2 keluar untuk jeda/istirahat dan mencoba tidur.
Rasanya memang lebih rileks dan mengurangi nyeri kontraksi yang saya rasakan.Mbak Yesie masih sabar menuntun saya untuk latihan nafas, menahan untuk tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap krn dikhawatirkan membuat mulut rahim jadi bengkak sehingga menyulitkan janin untuk lewat.Rasanya saya sudah tidak tahan untuk tidak mengejan karena dorongan yang luar biasa dari dalam seperti pengin BAB yang teramat sangat.Tapi saya tetap menahan mengejan seperti arahan mbak Yesie.
Sekitar jam 12 malam saya tidak tau sudah pembukaan berapa, saya sudah tidak tahan lagi.Saya meminta dengan sangat kepada mbak Yesie untuk boleh mengejan.Awalnya mbak Yesie masih ragu, tapi kemudian mengijinkan juga akhirnya.Ternyata mngejan di saat nyeri kontraksi seperti itu tidak semudah yang dibayangkan.Saya merasakan mules yang luar biasa seperti orang sembelit tapi tidak bisa keluar.
Saya sempat diinfus cairan gula untuk menambah tenaga, dirangsang untuk mengeluarkan poop dengan cara disemprot cairan khusus di anus.Katanya kalau “ek nya sudah keluar, mengejannya bisa lebih efektif.Tapi ternyata saya tidak berhasil e”ek.Saya sudah nyaris menyerah karena sudah hampir 30 jam mengalami nyeri kontraksi sejak fase laten, tidak nyenyak tidur dan tidak enak makan. Tenaga saya sudah benar-benar habis waktu itu.Tapi dngan sabarnya, mbak Yesie, mbak Ulya dan suami terus memotivasi saya untuk berjuang mengingat perjuangan baby kami yang luar biasa, sejak awal terus berusaha mencari jalan lahir. Kasihan juga si DD kalau terlalu lama di mulut rahim.Mungkin kalau di RS, saya sudah di vakum atau di epis.
Jam 01 dini hari kepala bayi mulai muncul sedikit di perineum saya.Mbak Ulya mengambil foto , video dan menunjukan kepada saya, supaya saya makin semangat.Posisi saya saat kontraksi maupun saat mengejan baik di ranjang maupun di kolam bervariasi.Kadang menungging, setengah duduk, setengah jongkok, jongkok, berlutut, bersandar ke pinggiran kolam, pokoknya posisi senyaman saya.Ternyata benar, setiap ibu mempunyai intuisi untuk memilih posisi persalinan yang bisa membuat lebih nyaman.
Setelah perjuangan mengejan yang cukup panjang dan melelahkan , selama kurang lebih 40 menit an, dibantu suami saya yang juga masuk ke kolam dan duduk di belakang saya, Alhamdulillah bayi saya lahir Senin 05 Desember 2011 jam 01.43 an dini hari.Dimulai dengan kepala bayi yang keluar, badannya sampai kaki, lalu mengapung di kolam.Setelah itu saya diarahkan untuk meraih bayi saya dari dalam kolam.Ternyata, tali pusat bayi saya putus karena terlalu pendek (+/_) 17 cm.Sedangkan normalnya tali pusat panjang 60 cm.Mbak Yesie segera melakukan pembersihan saluran nafas bayi dengan bubble syringe ,mbak Ulya mengklem tali pusat.Lalu saya diajak ke ranjang kembali sambil bayi saya dibungkus handuk.
Proses berikutnya, saya dibantu mbak Yesie untuk melakukan IMD selama satu jam.Sedangkan mbak Yesie merogoh plasenta saya ke dalam rahim secara manual dengan tangan karena plasenta saya lengket (riwayat konsumsi penguat kandungan selama kehamilan trimester pertama).Lalu perineum saya dijahit banyak, mungkin ada 15 jahitan.Rasa nyeri diambil plasenta secara manual maupun waktu dijahit, sudah tidak senyeri saat kontraksi persalinan tadi.
Alhamdulillah akhirnya proses persalinan saya berakhir dengan lancar, aman, selamat , ibu dan bayi sehat.
Kamipun baru bisa tidur sekitar jam 4 pagi.Jam 11 siang saya dijemput keluarga saya untuk kembali ke Magelang.
Begitulah sekelumit pengalaman persalinan anak pertama kami yang kami beri nama :
Dzakiya Alya Kirana
Yang artinya :
Semoga menjadi wanita cerdas yang berakhlak mulia dan menjadi cahaya/ penerang bagi lingkungannya.Amin Ya Rabbal “Alamin. ”